Suhu udara di Sapporo berkisar delapan hingga lima belas derajat celcius, cukup dingin buat diriku yang berasal dari negara tropis. Apalagi dengan hembusan angin yang cukup kencang, membuat muka berasa kebas, sehingga setelah berjalan cukup jauh dan menikmati keindahan taman Odori dan Sapporo Tower yang letaknya berseberangan kemudian bertemu pelancong sesama Indonesia, kemudian kami bertegur sapa dan karena tujuan kami sama hendak mencari Clock Tower yang merupakan icon kota Sapporo, maka kami berjalan beriringan sembari sekali-kali mengabadikan diri kami masing-masing, keakraban cepat terjalin diantara kami bertiga. Setelah berhasil menemukan Clock Tower dan kami telah membuat kenang-kenangan dengan berpose dari seberang, dikarenakan mendadak hujan turun maka kami mencari latar Clock Tower dari tempat parkiran sepeda, di Sapporo terdapat tempat yang cukup luas untuk sepeda yang diparkir. Kemudian kami melanjutkan perjalanan melewati "underground shopping mall" untuk menghindari hujan karena kedua temanku tidak membawa payung.
Kami berpisah jalan, dan saya melanjutkan perjalanan, rasanya perut juga perlu mendapat asupan yang bergizi untuk melawan udara yang cukup dingin, apalagi saya sudah mendapatkan info bahwa makanan yang terkenal di Sapporo salah satunya adalah "Raumen Yokocho" yang merupakan kedai raumen yang telah berpuluh-puluh tahun dan dikelola turun temurun, raumen dengan kuah yang panas tentunya sangat cocok untuk disantap di kala suhu udara cukup dingin.
Dengan bertanya kepada penduduk lokal, akhirnya kutemukan lokasi Raumen Yokocho di daerah Raumen Alley, Susukino. Banyak terdapat kedai-kedai raumen, namun saya sudah menetapkan hendak mencicipi Raumen Yokocho. Karena tak tahu bahasa, saya hanya memilih menu dengan gambar yang terpampang dan pilihanku semangkok besar Raumen dengan kuah setengah bening ditaburi irisan tipis-tipis daging, daun bawang dan dua lembar rumput laut. Seharga Yen 980,- mulanya saya juga berkeinginan memesan shiumay maupun gyoza, tetapi begitu pesanan raumen datang dengan mangkok besar, maka kuurungkan.
Hmmm ternyata luar biasa, kuahnya berasa sekali kaldu dagingnya, benar-benar sedap. Rasa hangat mulai menjalar ke dalam tubuh setelah menyantap raumen hampir setengah, tetapi apa hendak dikata perutku tak mampu untuk menghabiskan semangkok besar raumen ini, meskipun rasanya luar biasa, lain dari yang pernah kusantap di tanah air. Puas rasanya telah merasakan makanan khas kota Sapporo "Raumen Yokocho" yang harganya sebanding dengan rasa yang didapat. Dibilang mahal juga tidak karena porsinya cukup besar.