Pintu masuk memukau dari Museum Kubota Itchiku (Photo: Varsha Vaswati)

Museum Kubota Itchiku

Hidupkan kembali seni yang hilang di surga seniman ini

Pintu masuk memukau dari Museum Kubota Itchiku (Photo: Varsha Vaswati)
Vicky Amin   - 4 min read

Museum Kubota Itchiku sebenarnya adalah surga para seniman. Bangunan ini didirikan oleh Kubota Itchiku (1917-2003) sendiri, memamerkan kreasi-kreasinya yang tak ternilai. Kubota Itchiku adalah seniman tekstil yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menguasai dan menghidupkan kembali seni Tsujigahana yang hilang. Tsujigahana adalah teknik tradisional mewarnai sutera yang digunakan untuk menghias kimono semasa 1333-1573. Sejujurnya, kami tidak menyadari keberadaan museum ini, sang seniman, juga karya-karyanya sampai kami mendatangi museum ini di Kawaguchiko.

Kami sedang berjalan menelusuri jalur-jalur unik yang tenang di Kawaguchiko ketika menemukan Museum Kubota Itchiku. Kalau bukan karena peta yang kami pegang selama mengeksplorasi kawasan dekat Gunung Fuji ini, mungkin kami akan melewatkan kunjungan ke museum ini. Bangunannya terletak di sebuah jalur berliku di atas bukit, jauh dari jalan utama. Bahkan ketika sedang menuju museum, kami sempat ragu apakah kami berada di tempat yang tepat karena kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Pintu masuk museumnya sangat menonjol dan tergolong tidak biasa. Bentuknya seperti semacam reruntuhan di tengah lebatnya hutan. Kami pun melangkah masuk dengan hati-hati sambil terus mengikuti jalur pejalan kaki yang berhiaskan pemandangan elok seperti kolam-kolam, air terjun, bangku-bangku kayu, dan lain-lain. Rasa-rasanya seperti memasuki pintu ajaib menuju negeri Alice in Wonderland. Jalurnya membawa kami tepat ke depan bangunan utama. Dengan sekejap kami terpesona oleh arsitektur unik yang terbuat dari karang dan batu kapur Okinawa yang unik. Pintu masuk utamanya dijaga oleh sebuah patung kuda putih batu di sebelah kanan, sedangkan sebuah taman terbuka yang cukup luas membentang di sisi kiri dengan beberapa pilar besar dan sebuah tangga batu.

Setelah memasuki bangunan museum dan membeli tiket, kami dipandu melintasi beberapa pameran seni dari Asia dan Afrika, yang sebagian besar menampilkan koleksi manik-manik sang seniman. Selanjutnya kami dibawa ke galeri utama di lantai atas, dan ditunjukkan sebuah video eksklusif mengenai kehidupan kreatif sang seniman, menyorot ketertarikan dan dedikasinya untuk seni Tsujigahana. Video itu menggambarkan pertemuan pertamanya dengan sisa-sisa tekstil sutera kuno Tsujigahana di Museum Nasional Tokyo ketika ia baru berumur 20 tahun dan bagaimana kecantikan seni itu terus 'menghantui'nya. Tanpa adanya instruksi tertulis, Kubota mengembangkan sendiri versi seinya yang disebut "Itchiku Tsujigahana", dengan cara mengganti kain usang nerinuki yang digunakan dalam teknik aslinya dengan kain krep sutera kontemporer (chirimen) dan pewarna celup sintetis sebagai warna-warna naturalnya. Video ini juga menunjukkan bagaimana sang seniman bekerja, mengikatkan simpul-simpul yang tak terhitung jumlahnya secara cermat, mencelup semuanya ke dalam beragam warna, menekankan kain yang sudah diwarnai hingga akhirnya menciptakan mahakarya yang unik dari tiap kimono yang ia kerjakan. Dan selagi menonton video ini, kami langsung menghubungkannya dengan teknik mengikat dan mewarnai "Bandhani" yang digunakan di tempat asal kami di India, terutama di wilayah Rajasthan dan Gujarat.

Setelah menonton video, kami dipandu ke galeri utama di mana kreasi-kreasi kimono sang seniman dipamerkan. Ada sebuah podium kayu berbentuk piramida di tengah ruang, berisi kimono-kimono yang sangat mewah dan istimewa. Semuanya terlihat seperti sihir! Cerita di balik masing-masing karya pun terasa hidup. Sebuah kain raksasa yang terdiri dari gabungan banyak warna berpadu secara sempurna untuk menggambarkan sebuah tema yang unik. Ada yang berupa musim-musim, pemandangan-pemandangan permai, atau bahkan panorama yang lebih besar dengan kimono yang disandingkan satu sama lain seperti karya Kubota yang belum selesai, 'The Symphony of Light'. Warna-warna hidup dan tekstil suteranya benar-benar membuat kami terpana.

Dari aula utama kami kemudian dipandu menuju ruang pribadi sang seniman yang terbuat dari bambu, kayu, juga pahatan-pahatan serta dinding-dinding batu kapur. Ruangan ini berdampingan dengan sebuah taman yang cantik di sisi satunya.

Karena dilarang mengambil foto, kami tidak dapat menangkap dan menunjukkan kecantikan yang kami lihat di dalam Museum Kubota Itchiku—semoga saja tautan-tautan yang saya berikan di atas dapat setidaknya menggambarkan apa yang saya lihat. Keseluruhan museum secara gamblang menunjukkan gairah seni sang seniman. Dekorasinya, arsitekturnya, penempatannya, serta tentu saja kreasi-kreasinya dan koleksinya yang tak ternilai menjadikan museum ini berbeda dari museum lainnya. Saya benar-benar belum pernah melihat tempat pemujaan seni yang seperti ini. Untung saja kami tidak melewatkannya! Dan semoga saja Anda juga, ketika sedang mengunjungi Kawaguchiko.

Vicky Amin

Vicky Amin @vicky.amin632

A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...