Batu gotobiki - tempat tinggal dewa berada di atas tebing menghadap kota Shingu (Foto: )

Kuil Kamikura

Tempat dewa tinggal dalam batu besar

Batu gotobiki - tempat tinggal dewa berada di atas tebing menghadap kota Shingu (Foto: )
Dian Retno Mayang Sari   - 3 min read

Batu besar menjadi mahkota sebuah tebing yang menaik tajam dari tanah menghadap kota Shingu yang berlokasi di tenggara perfektur Wakayama.

Ini adalah lokasi kuil Kamakura, yang digambarkan sebagai salah satu tempat paling suci di area Kumano bahkan mendahului Hayatama Taisha, kuil besar ketiga Kumano Sanzan yang merupakan tambahan dari Hongu Taisha dan Nachi Taisha.

Daerah di sekitar kuil merupakan tempat beratmosfir pemandangan bagus menghadap kota Shingu dan laut pasifik, akan tetapi hanya dapat dijangkau dengan mendaki 500 tangga batu yang mengarah ke atas gunung Kamikura.

Gotobiki-iwa, batu besar, dianggap suci, dekat puncak gunung Kamikura merupakan objek penyembahan.

Obyek alami penyembahan seperti ini disebut Shintai dalam bahasa Jepang, berarti “tubuh dewa”. Dipercaya bahwa kami-sama, dewa Shinto orang Jepang, tinggal di sana dan dilingkari tali suci yang disebut shimenawa, menunjukkan bahwa obyek ini dianggap suci oleh orang Jepang.

Dalam kasus gotobiki-iwa, dewa Shinto Kumano-sansho-okami disebut tinggal di sini dan dihormati oleh orang lokal. Kami-sama memilih tempat yang layak untuk tinggal.

Kamikurasan-no-ishidatami (tangga batu gunung Kamakura) sangat curam dan mengarah ke puncak dari dasar gunung. Dibangun dari batu lapangan yang dipasang bersama-sama, 538 langkah memiliki bentuk dan ukuran yang tidak teratur.

Sebuah gerbang torii berpurnish merah di dasar tangga batu menggoda pengunjung untuk terus melangkah. Mendaki beberapa langkah, Saya segera menyadari bahwa menuju puncak akan tidak mudah. Saya pikir bahwa Saya dalam kondisi fit akan tetapi mendaki ke atas membuat Saya menarik nafas sepanjang jalan dan berkeringat.

Tidak ada alternatif lain untuk sampai ke Kami-sama dan melihat pemandangan kota, seperti jalan beton atau kereta gantung seperti banyak ditemukan di tempat lain di Jepang. Oleh karena itu, tempat ini sangat sulit untuk dikunjungi apabila kaki Anda tidak dalam kondisi bagus. Jika mendaki ke atas sangat sulit, mendaki turun juga tidak mudah. Tangga batu memiliki bentuk yang tidak beraturan terkadang lebih pendek, kadang lebih besar, sehingga harus berjalan dengan sangat hati-hati.

Apabila berjalan rutin seperti ini, Saya pikir akan dengan mudah turun berat badan beberapa kilo. Tidak ada pertimbangan tersebut bagi para pria dan anak laki-laki yang berkumpul di sini setiap tanggal 6 Februari setiap tahun, hari ketika Oto Matsuri, festival api, diadakan.

Himatsuri, festival api, biasanya dirayakan pada perubahan musim dan cukup umum di Jepang. Sangat spektakuler seperti hanabi, penampilan kembang api musim panas yang terkenal di negara Jepang.

Pada Oto Matsuri, para pria diperbolehkan untuk berpartisipasi. Wanita boleh menonton dari jauh akan tetapi tidak dapat mengambil bagian dari kegiatan festival setelah matahari terbenam, terdiri dari balap menuruni tangga batu dengan kecepatan sangat tinggi sambil membawa obor yang meludahkan api.

Tidak yakin apa yang lebih terbakar di sini, obor atau hati dari para pria dan anak laki-laki yang membawanya.

Info lebih lanjut

Cari tahu tentang Kamikura Shrine.

Dian Retno Mayang Sari

Dian Retno Mayang Sari @dian.retno.mayang.sari

My 2nd home country is my-yasashi-yokoso Japan!