Kebanyakan wisatawan yang datang ke Nikko pasti mengincar kunjungan ke Toshogu dan kuil-kuil lainnya di pusat kota, serta tentu saja, Shinkyo Bridge merah menyala yang sangat terkenal. Saya, bukan bagian dari “kebanyakan wisatawan” itu.
Setelah menghabiskan beberapa minggu di Jepang, saya merasa sudah cukup banyak melihat kuil. Hasrat untuk menikmati sesuatu yang berbau alam pun muncul, dan seketika Nikko menjadi pilihan utama saya. Bagaimana tidak, kota kecil ini berdampingan langsung dengan jalur perbukitan yang megah, menuju Danau Chuzenji di kaki Gunung Nantai, dan berakhir dengan dramatis di Air Terjun Ryuzu. Aliran air inilah yang menarik perhatian saya.
Perjalanan dari Stasiun JR Nikko menuju Air Terjun Ryuzu memakan waktu satu jam menggunakan bus lokal, melewati pusat kota Nikko dan beberapa destinasi andalan yang termasuk ke dalam Taman Nasional Nikko. Jadi meski saya melewatkan kunjungan ke tempat-tempat itu, paling tidak saya sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Apalagi kala itu sudah memasuki musim gugur, sehingga pemandangan yang saya nikmati pun terasa memuaskan.
Selain pemandangannya yang menggairahkan, perjalanan ke Air Terjun Ryuzu tidak membosankan karena bus melewati jalur menanjak bukit di sisi jurang yang amat berliku dan… Menegangkan. Untungnya, penampakan kota Nikko dari ketinggian yang sesekali muncul di jendela bus dapat mengalihkan siapapun dari ketakutan melintasi curamnya jalan.
Bus berhenti di depan jalur masuk menuju air terjun. Saya mendapati diri saya berada di sebuah bangunan sederhana yang ternyata merupakan tempat peristirahatan sekaligus toko cenderamata. Dari tempat ini, keindahan arus sungai Yugawa yang deras (sungai dimana air terjun Ryuzu berada) sudah dapat dinikmati sambil duduk-duduk menyesap secangkir minuman hangat. Namun tentu saja, bukan ini cara yang saya inginkan untuk menikmati Air Terjun Ryuzu.
Tepat di samping bangunan, sebuah jalur pendakian bernama “Ryuzu Cascade Terraces” diciptakan berdampingan dengan riam Ryuzu yang berisik. Saya menapaki satu per satu anak tangga batu dengan begitu semangat, melawan arus sungai yang seolah-olah sedang berebutan turun memasuki danau di kaki gunung. Inilah saat ketika saya menyadari sesuatu yang sangat unik dari Air Terjun Ryuzu: antara ributnya arus sungai dan tenangnya jalur pendakian, hanya dipisahkan oleh pagar kayu dan pepohonan.
Sebuah suasana yang cukup aneh bagi saya, karena segaduh apapun jeram bergemuruh, perasaan tenang yang dipancarkan oleh misteriusnya jalur pejalan kaki selalu terasa selama berada di area Air Terjun Ryuzu. Mungkin karena saat itu udara sangat dingin, dan tidak banyak pengunjung yang rela berjalan kaki di tengah embusan angin yang menusuk—jadi segalanya terasa begitu sepi dan damai.
Perjalanan kaki sepanjang 300 meter melintasi “Ryuzu Cascade Terraces” pun terhenti ketika jalan raya kembali nampak, memotong jalur di sisi sungai yang anggun itu. Bagi sebagian orang, titik ini merupakan penghujung dari eksplorasi Ryuzu karena dari sinilah alam menyuguhkan jelasnya pemandangan aliran air yang berakhir di Danau Chuzenji di bawah sana—pemandangan paling fantastis dari 20 menit penyusuran sungai. Sangat menakjubkan, memang, tapi saya tahu masih ada kelanjutan dari semua ini.
Di seberang jalan raya, terdapat sebuah jalur pendakian off-road dengan jalan tanah (bukan lagi jalan berbatu halus yang benar-benar dibuat khusus untuk pejalan kaki seperti sebelumnya) penuh semak belukar yang dapat diakses untuk terus menikmati Air Terjun Ryuzu hingga ke atas. Jalur ini merupakan jalur menuju Tanah Rawa Senjogahara, sebuah dataran tinggi yang merupakan destinasi bagi para pendaki sungguhan.
Dengan sedikit ragu saya memasuki jalur ini, hanya beberapa meter saja dari jalan raya. Meski sedikit curam dan licin karena tanahnya baru saja terguyur hujan, saya sama sekali tidak menyesal karena kali ini Air Terjun Ryuzu tidak hanya dapat dilihat dari balik pagar kayu saja—saya bisa berinteraksi langsung dengan percikan air sungai, berdiri gagah di atas bebatuan, dan menikmati riak Ryuzu yang amat ramai. Begitu riuh di luar, namun terasa tenang di dalam diri. Wisata alam yang sangat luar biasa!