Deshi itu menyelinap di sekitar,menarik rambut, menyemburkan air, "melakukan apa saja untuk menang," kejenakaan slapstick ini mengingatkan pada kartun Bugs Bunny dan Elmer Fud yang sungguh jenaka. (Foto: )

Museum Sumo Kehaya-za Nara

Libatkan dirimu dalam pengalaman menjadi sumo

Deshi itu menyelinap di sekitar,menarik rambut, menyemburkan air, "melakukan apa saja untuk menang," kejenakaan slapstick ini mengingatkan pada kartun Bugs Bunny dan Elmer Fud yang sungguh jenaka. (Foto: )
Santy Tobing   - 5 min read

"Woi! Kau terlalu dekat!” salah satu pegulat sumo (atau Deshi/murid yang masih belajar) berkata pada lawannya yang lebih besar. "Mundur!"

"Oh maaf! Di sini? " tanya lawannya.

"Tidak, mundur lagi!" Lawan mundur selangkah lagi. "Tidak, tidak, tidak! Ayo ikut saya!" Si Deshi bertubuh kecil menggiring lawannya yang lebih besar ke tepi ring dan menggambar garis di tanah. "Di sini! Jangan melewati batas ini!" Menyadari trik ini, Deshi yang lebih besar menyelinap setelah lawannya meniru setiap langkahnya dan menengok dari atas bahunya dengan curiga. Acara komedi tersebut adalah salah satu pertunjukan yang paling lucu yang pernah kulihat di Jepang.

Asal-usul Sumo

Menurut Nihonshiki, dalam Sejarah Jepang yang merupakan koleksi tertua dari dokumen sejarah Jepang, pertandingan sumo pertama berlangsung pada tahun ke-7 di masa pemerintahan Kaisar Suinin, di antara tahun 29 BC dan 70 AD. Dituturkan bahwa di DesaTaima, sekarang bernama Taima-cho di Kota Katsuragi di Nara, ada seorang pria bernama Taimano Kehaya yang memiliki kekuatan super. Konon ia bisa mematahkan tanduk hewan dengan tangan kosong. Menurut Nihonshiki, Taimano dikatakan telah membual,

"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mengalahkan saya. Namun jika ada orang seperti itu, saya ingin melawan dia." Bualan ini mencapai telinga pemerintahan Kaisar Suinin yang kemudian meminta para pejabat pemerintah dan hamba-hambanya, siapa tahu mereka mengenal seorang pria yang cukup kuat untuk menantang Taimano Kehaya. Salah satu hamba mengusulkan nama seorang pria, Nomino Sukune, yang berasal dari Izumo (sekarang Perfektur Shimane), yang dianggap seimbang dalam hal kekuatannya dengan Taimano. Kaisar Suinin memanggil Nomino Sukune ke Yamato (sekarang Nara), dan pertarungan pun diatur. Nomino Sukune keluar sebagai pemenang dalam pertarungan, sementara Taimano Kehaya meninggal setelah pertarungan tersebut (harga yang terlalu mahal untuk bualannya). Pertarungan antara Taimano Kehaya dan Nomino Sukune lah yang diceritakan sebagai asal muasal sumo dan ini merupakan pertarungan pertama yang diadakan di hadapan Kaisar.

Museum Sumo Kota Katsuragi

Museum Sumo Kehaya-za, di Kota Katsuragi Nara, didirikan pada tahun 1990 untuk memberi informasi ke pengunjung tentang sumo, sejarah dan tradisinya serta menurunkan pengetahuan tersebut ke generasi mendatang. Untuk mewujudkan tujuan ini, museum ini memiliki dohyo atau arena sumo tersendiri. Arena ini terbuat dari tanah dan dibangun dengan spesifikasi yang sama persis seperti dohyo untuk pertarungan yang sesungguhnya. Sebuah dohyo untuk pertarungan yang sesungguhnya dianggap sebagai ruang suci menurut tradisi Shinto para sumo dan kaum wanita serta mereka yang mengenakan sepatu tidak diperkenankan memasuki ruangan.

Dohyo di museum ini merupakan bagian yang dipamerkan dan tidak memiliki larangan seperti halnya dohyo yang sebenarnya. Pelatihan tentang sumo, tersedia atas permintaan, dan terbuka untuk setiap orang, ini memberikan kesempatan pada pengunjung untuk menerima instruksi sumo dan bertarung dalam pertandingan sumo melawan teman atau sesama pengunjung. Peserta dalam pelatihan sumo juga punya pilihan untuk bertarung menggunakan pakaian sumo milik pribadi atau dalam setelan pakaian sumo ukuran raksasa. Museum ini juga menampilkan Sumo Jinku yang merupakan lagu tema Sumo, di setiap Senin pertama tiap bulannya, dan menonjolkan galeri yang menampilkan banyak peralatan bersejarah, artikel-artikel, dan literatur mengenai sumo. Turis asing yang datang ke museum ini juga bisa mendapatkan tiket masuk gratis dengan menunjukkan paspor mereka di loket pembelian tiket.

Oktober ini ditandai sebagai hari ulang tahun ke-25 pembukaan Museum Sumo Kehaya-za dan museum merayakannya dengan Festival Kehaya Matsuri, dimana selama tanggal 10-12 Oktober diadakan kegiatan liburan akhir pekan sebagai Hari Olah Raga. Kegiatan seperti talk show dengan Walikota Kota Katsuragi, lokakarya penulisan kanji bergaya Sumo, serta perlombaan bagi para Sumo dari Nara diselenggarakan. Favoritku sejauh ini adalah acara pertunjukan komedi sumo Shokkiri. Shokkiri berarti pertunjukan jenaka yang bersumber dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemainnya. Menarik rambut, menyemburkan air, menggoda penonton, pertunjukan slapstick ini dilakukan oleh dua pegulat sumo sungguhan dan gyoji (wasit), yang mengingatkanku pada pertunjukan kartun The Three Stooges and Bugs Bunny. Pertunjukan ini melampaui batasan bahasa, yang membuat tradisi sumo jadi mudah dipahami orang awam dan mendorong penonton (dan juga penampilnya) tertawa terbahak-bahak. Pertunjukan ini memberikan sebuah dosis humor menyegarkan dan salah satu pertunjukan terbaik yang pernah kulihat selama di Jepang. Shokkiri merupakan pertunjukan yang layak untuk dicari karena mampu membuat perut sakit menahan tawa.

Menuju Kesana

  • Stasiun kereta api terdekat ke Museum Sumo Kehaya-za adalah Stasiun Taimadera di Kintetsu Minami-Jalur Osaka. Stasiun ini hanya dilayani oleh kereta lokal dan semi-express. Dari Osaka, carilah kereta lokal atau semi-ekspres dari Kintetsu Osaka- Stasiun Abenobashi yang langsung ke Taimadera, dengan waktu tempuh 37 menit naik kereta dan harga tiket ¥560.
  • Dari Kyoto naiklah kereta ekspres Jalur Kintetsu atau kereta ekspres terbatas ke Stasiun Kashihara Jingumae dan kemudian pindahlah ke kereta lokal atau semi-express di Minami-Jalur Osaka. Gunakan kereta ekspres reguler dan kereta lokal atau semi-ekspres dengan biaya ¥1.010 yang memakan waktu sekitar 95 menit, sementara dengan menggunakan kereta ekspres terbatas untuk perjalanan ke Kashihara Jingumae dikenai biaya tambahan ¥ 900 untuk kursi pesanan namun menghemat waktu perjalanan menjadi 77 menit.
Santy Tobing

Santy Tobing @santy.tobing

no one realizes how beautiful it is to travel until he comes home and rests his head on his old, familiar pillow.