Patung Buddha Shakka berusia 1406 tahun di Kuil Asuka (Foto: )

Kuil Asuka

Awal mula penganut Budha di Jepang

Patung Buddha Shakka berusia 1406 tahun di Kuil Asuka (Foto: )
Santy Tobing   - 4 min read

Wajah perunggu Buddha menatap keluar dari Hall Buddha di Kuil Asuka. Tangan kanannya dengan lembut terangkat dengan isyarat menyambut meminta saya masuk.

"Ini adalah patung Buddha tertua sekaligus kuil resmi tertua di Jepang," kata biarawan pemandu saya. "1400 tahun yang lalu tempat ini adalah tempat awal tumbuhnya penganut Buddha Jepang dan juga dimulainya pahatan patung Buddha." Saya jatuh berlutut di hadapan patung Buddha tertua di Jepang itu ketika bobot signifikansi, sejarah, dan pengaruhnya pada Jepang menghantam saya, membuat semua terasa begitu nyata setelah menyaksikannya dengan mata sendiri .

Dengan restu dari Ratu Suiko, Soga no Umako, pejuang agama Buddha di Jepang dan kepala klan Soga, keluarga dengan pengaruh politik terkuat pada saat itu, diperintahkan pendirian dan pembangunan Kuil Asuka. Kuil ini kemudian dibaptis dengan nama "Hokoji" setelah selesai dibangun pada tahun 596 dan merupakan kuil pertama di Jepang dalam skala penuh. Di tahun 608 patung Buddha "Shakka" di Kuil Asuka dibangun. Patung Buddha pertama di Jepang ini selesai satu tahun kemudian pada tahun 609 dan dibutuhkan 15 ton tembaga dan 30 kilogram emas untuk membangunnya.

"Buddha kami mencerminkan fitur umat Buddha dari Korea dan China," kata pemandu setelah memberi saya waktu untuk berpikir dan merenung. "Bajunya juga ditata seperti yang dipakai oleh pendeta Buddha di China utara. Namun ini bukanlah seperti tampilan asli Buddha dan pemeluk Buddha." Dia kemudian menggiring saya ke patung kecil Amida, Buddha yang sedang bermeditasi, di sebelah kiri patung Buddha besar itu.

"Ini adalah tampilan yang sebenarnya dari apa yang dipraktekan pada awalnya oleh Buddha dan penganut Buddha," kata imam itu. "China dan Jepang suhunya dingin di musim dingin jadi kami memakai jubah yang menutupi seluruh tubuh," ia mengangkat kerah jubahnya sendiri. "Tapi India tidak pernah dingin sehingga jubah Buddha hanya menutupi bahu kiri." Dia menunjukkan perbedaan ini pada Buddha Amida dan Buddha Shakka. "Orang Jepang mempelajari aliran Buddha dengan lebih teliti dan melakukan perjalanan ke India untuk belajar. Kami mempelajari seperti apa tampilan awalnya dan juga patungnya di masa depan yang diubah untuk mencerminkan asal aliran Buddha tertua India. Hanya Buddha Shakka kami dan Buddha di Horyuji yang memiliki fitur seperti ini." Pemandu saya melanjutkan bercerita tentang seberapa besar Kuil Asuka yang dikenal sebagai Hokoji dan menunjukkan foto udara lama daerah tersebut sebelum, selama, dan setelah penggalian arkeologi, dan menceritakan bangunan dan sisa-sisa apa saja yanga da di foto itu yang telah menghilang beratus-ratus tahun.

Ketika kursi kekuasaan Jepang berpindah dari Asuka ke Istana Heijokyo di Kota Nara pada tahun 710, Kuil Hokoji dan banyak bagian strukturnya juga ikut dipindahkan. Saat ini, berbagai bangunan asli dan genteng keramik Kawara masih bisa dilihat di Kuil Gangoji, tempat dipindahkannya Hokoji. Patung Budda Shakka dan situs asli Kuil Hokoji juga dipertahankan. Kuil Asuka dan Buddha Shakka mengalami beberapa kali kebakaran, gempa bumi dan angin topan selama berabad-abad. Sebuah kebakaran besar di tahun 1196 menghapus hampir setiap bangunan dari tanah. Patung Buddha juga mengalami kerusakan besar dan pada akhirnya harus menjalani restorasi dan perbaikan. Pemugaran Buddha dan rekonstruksi kuil membuat kisah Kuil Asuka dan Buddha menjadi lebih bergema. Ada perbaikan berbentuk persegi panjang di pipi kanan Buddha yang dikatakan para biarawan telah membagi wajahnya menjadi dua sisi, satu sisi bersifat lembut dan yang lainnya terlihat keras dan penuh kedisiplinan. Namun jika Buddha dilihat dari kanan, dengan arah kepala sedikit miring, saya tidak melihat sedikitpun paras yang bengis. Saya malah membayangkan Buddha menatap saya dengan mata tajam, dan berbarengan dengan tangannya yang terangkat, mengatakan bahwa dia akan sangat senang untuk menceritakan kisahnya kepada saya dan siapa pun yang bersedia untuk duduk dan mendengarkan. Selamat berjalan-jalan!

Santy Tobing

Santy Tobing @santy.tobing

no one realizes how beautiful it is to travel until he comes home and rests his head on his old, familiar pillow.