Terletak di tengah kota Koyasan, Kuil Kongobuji juga merupakan kuil pusat dari ajaran Shingon Buddhism yang menguasai kawasan Koyasan. Kuil ini memiliki sejarah panjang, yang bisa dibilang sejarahnya dimulai dari abad ke-12. Bermula dari seseorang bernama Shinzen Daitoku, seorang penerus Kobo Daishi (Pendiri ajaran Shingon Buddhism) yang membangun rumah di tanah yang sekarang menjadi kuil Kongobuji ini.
Di abad ke-12, bangunan rumah ini kemudian diubah menjadi kuil oleh Abbot Kakuban. Empat abad kemudian, seorang Toyotomi Hideyoshi, salah satu tokoh paling berpengaruh di Jepang pada abad ke-16 tersebut memerintahkan seorang biksu bernama Mokujiki Ogo untuk membangun sebuah kuil di lahan ini. Tujuannya adalah untuk menghormati mendiang ibunya. Setelah pembangunan kuil tersebut selesai, kuil ini dinamakan Teihatsuji, lalu diubah kembali dengan nama Seiganji. Kuil Seiganji ini sempat beberapa kali habis dilalap api. Kuil yang sekarang masih kokoh berdiri ini adalah hasil rekonstruksi yang dilakukan pada tahun 1863. Lima tahun setelah pembangunan, Seiganji diubah namanya menjadi Kongobuji. Meskipun ada beberapa perubahan setelahnya karena adanya ketetapan dari kekaisaran namun hingga sekarang kuil ini masih bisa dinikmati, bahkan menjadi kuil utama dari ajaran Shingon Buddhism.
Tak hanya mengenal sejarahnya, saya berkesempatan untuk berkunjung dan melihat langsung keindahan dari Kuil Kongobuji ini. Kalau dilihat dari pintu gerbangnya, kuil ini jauh dari kemegahan Todai-ji di Nara ,namun kuil ini terlihat sangat otentik dan saya dapat merasakan ketenangan ketika mengunjungi kuil ini. Begitu memasuki pintu gerbang, saya melihat rombongan lansia berbaju putih layaknya kostum pergi haji. Kata Jun, teman saya, mereka adalah peziarah. Untuk penganut ajaran Shingon Buddhism, Kongobuji itu layaknya Ka’bah di Mekah. Ternyata bangunan berbahan dasar kayu ini cukup besar. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang zaman dahulu membuat konstruksi bangunan yang hingga saat ini masih terlihat kokoh.
Menurut literatur yang saya baca, kita bisa menikmati taman zen di dalamnya sambil menyeruput teh hangat dan kue beras khas Jepang. Saya berkunjung di akhir musim panas, meskipun begitu pemandangan yang ditawarkan masih dihiasi warna-warna hijau dari pepohonan di sekitarnya. Sangat direkomendasikan untuk bekunjung di musim gugur karena pastinya akan jauh lebih indah.
Masih banyak sejarah yang bisa dikulik dari kuil ini, tentunya jika memang Anda pecinta sejarah Jepang. Agar bisa menikmati keindahan interiornya dan bersantai di taman zen,lebih baik jika Anda mendatangi Kongobuji di pagi hari.