Pemandian air panas alami Tamatsukuri dikenal sebagai salah satu yang tertua di Jepang. Pencatatan awal datang dari sekitar tahun 733 SM, yang tertulis dalam Izumo Fudoki (sebuah catatan kuno mengenai budaya dan geografi Provinsi Izumo) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan, tua maupun muda, berkumpul di onsen (sumber air panas) yang mengalir dari sungai, seolah-olah mereka sedang berpesta. Itu berarti paling tidak, onsen ini sudah dikunjungi dan dinikmati lebih dari 1.300 tahun oleh orang-orang dari berbagai usia.
Dalam tulisan yang sama, dicatat pula bahwa jika seseorang mandi satu kali di pemandian ini, penampilan kulit mereka akan awet muda, dan jika mandi dua kali, segala penyakit yang diderita akan sembuh. Karena selama ini belum pernah menunjukkan bukti yang berlawanan, sumber air ini jadi dikenal sebagai pemandian para dewa. Nilai yang menarik untuk sebuah pemandian air panas yang menyenangkan, bukan?
Tamatsukuri adalah onsen pertama yang diketahui memiliki manfaat seperti obat bius, serupa dengan produk minyak dan pelembab di masa lalu ketika industri kecantikan belum berkembang seperti sekarang. Sebuah studi pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa air di Tamatsukuri bisa melembabkan kulit 165% lebih kuat daripada air biasa. Dan jika terus digunakan, kemampuannya untuk melembabkan kulit bisa meningkat hingga 180%. Pelembab masa kini yang paling bagus saja hanya bisa mendekati 150%! Dulu orang-orang menggunakan air untuk menunda penuaan, dan manfaat ini terus dicari hingga kini oleh orang-orang yang berwisata ke Jepang dan mandi disini.
Tentu saja kesenangan itu tidak berhenti pada onsen saja, ryokan (penginapan tradisional Jepang) yang menyediakan akomodasi di dekat pemandian, menyajikan masakan lezat dengan bahan-bahan lokal, membuat pengunjungnya merasa puas luar dan dalam!
Ketika pengunjung tidak sedang berendam atau dimanjakan oleh masakan yang enak, mereka dapat menelusuri jalan di sisi sungai (mengenakan yukata alias kimono musim panas yang disediakan oleh ryokan) yang penuh dengan toko-toko unik penjual cenderamata dan benda-benda menarik lainnya. Ada juga pemandian untuk kaki (yang gratis) di sepanjang bantaran sungai, yang siap melayani pengunjung kalau-kalau mereka ingin berendam sejenak di onsen sebelum melanjutkan perjalanan. Di ujung jalan onsen, pengunjung akan menemukan kuil Shinto bernama Tamatsukuri-yu Jinja, lengkap dengan batu pengabul permintaan serta ring sumo di sisi kuil.
Bagaimana? Semua hal di onsen dan ryokan itu seperti bisa membuat JapanTraveler terus merasa nyaman selama berada di Tamatsukuri bukan?