Musim gugur di kandang domba Mémé Makiba. Mémé Makiba merupakan sebuah peternakan kecil yang membolehkan pengunjung untuk memberi makan dan memelihara binatang dan melihat bagaimana sebuah wol menjadi benang dan berakhir menjadi sesuatu (Foto: )

Yamazoe-mura di Nara

Pengalaman menjelajahi pedesaan

Musim gugur di kandang domba Mémé Makiba. Mémé Makiba merupakan sebuah peternakan kecil yang membolehkan pengunjung untuk memberi makan dan memelihara binatang dan melihat bagaimana sebuah wol menjadi benang dan berakhir menjadi sesuatu (Foto: )
Fathin Kemala   - 4 min read

“Tidak ada yang bisa memastikan apakah batu-batu ini merupakan batu purba atau terbentuk secara alamiah,” pemanduku menginfromasikan ketika kami bergegas menelusuri sungai menuju lembah Nabekura-kei. “Tetapi karena ini lokasi yang bagus untuk melihat bintang-bintang di malam hari ceritanya begini. Bimasakti merupakan sungai di angkasa, dan ada banyak lagi yang sama seperti itu. Sungai-sungai tersebut terbentuk dari batu-batu meteor. Bisa kita bayangkan di beberapa waktu yang lalu salah satu sungai tersebut menyebar di langit angkasa sana, dan menjatuhkan batu-batunya di Gunung Kouno dan dari situlah asal usulnya Nabekura-kei”

Yamazoe-mura

Berlokasi di bagian timur laut daerah Nara, Yamazoe-mura dipenuhi dengan inaka, pedesaan, dan pengalaman. Dua pertiga dari daerah ini merupakan pegunungan atau hutan, tidak mudah mencari toko kelontong. Hanya ada satu lampu merah dan tidak ada jalur kereta yang melalui daerah ini. Satu-satunya cara untuk kesana tanpa kendaraan pribadi ya harus dengan bis, atau dengan shuttle dari guesthouse yang ada didaerah ini. Disini benar-benar memutus kebisingan dari daerah urban seperti Nara dan Kyoto yang membuat para pengunjung memiliki kesempatan dengan pengalaman bebas.

Kuil di pedesaan kecil dan candi memenuhi semua bagian daerah ini. Bangunan dan struktur di beberapa candi dangat cantik dan mencitrakan pedesaannya disana dan banyak dari mereka sangat menyukai sakura atau dedaunan yang jatuh di musim gugur. Kunjunganku waktu itu adalah pada awal musim gugur disaat dedaunan baru berguguran. Tanaman hijau mendominasi di lapangan kuil dan candi yang aku kunjungi, tetapi dengan dedaunan yang berguguran itu menambah suasana menjadi menyenangkan dan menggoda layaknya musim gugur yang menyala begitu cepat dan terpapar dengan pesona indahnya. Banyaknya pohon yang berguguran di wilayah ini menjamin adanya pertunjukan musim gugur yang spektakuler.

Batu Raksasa

Begitu banyaknya jumlah batu besar dan batu-batuan yang ada di Yamazoe-mura merupakan sesuatu hal yang unik. Batu Iwaya-Masugata dari Ushigamine merupakan batuan yang sangat menarik dari sekian banyak batu di Yamazoe-Mura. Rongga yang ada dibawah batu Iwaya telah diukir dan menjadi kuil kecil Iwayaji beberapa tahun yang lalu. Dua patung Jizo dan Fudomyo yang sedang duduk (Dewa Budha yang disiplin) menempati dinding belakang gua. Gambar Budha duduk diukir dengan batu yang ditempatkan di pintu masuk. Orientasi dari pintu masuk gua dan penempatan patung seperti memutar waktu ke jaman batu dulu. Pada musim semi dan musim gugr, cahaya dari sinar matahari yang terpapar masuk ke gua melalui pintu masuk dan patung-patung seperti sedang menyala. Di musim dingin sinar matahari mengenai dinding di pintu masuk gua secara langsung dan pada musim panas sinar matahari mengenai sisi sebaliknya. Peralatan yang digunakan untuk mengukir Kuil Iwayaji dan guanya disimpan disebuah lubang persegi panjang, masugata (persegi panjang atau biasanya lubang panjang atau kotak), di muka batu Masugata. Itu diukir sangat tinggi di atas batu untuk mengatasi dari perusak makam.

Batu Yamazoe-mura terbesar ada sekitar 618 meter gunung Kono, poin tertinggi di Yamazoe-mura dan yang paling tinggi di bagian utara Nara. Di lereng gunung Kono merupakan rumah dari ribuan hektar pohon pinus yang bercampur dengan pohon hutan (menjadikan lokasi yang tepat untuk menikmati musim gugur). Gunung kono, bersama dengan diakhri Yamazoe-mura, merupakan rumah dari 10 teh hijau yang paling top di Jepang tumbuh di daerah ini. Tanaman teh hijau tumbuh di bagian lereng dan menjadikan area terbuka dengan pemandangan tradisional yang mahal yang terpampang di kartu pos Jepang dan brosur-brosur travel diseluruh dunia.

Cara Menuju Ke Sana

Menggunakan mobil merupakan cara yang tepat untuk kesana dan mengelilingi Yamazoe-Nara. Rute nasional 25 yang tersambung dengan Osaka dan Nagoya atau Rute 80 merupakan jalur yang sering digunakan untuk masuk dan keluar pedesaan.

Tanpa menggunakan mobil akan ada bus dengan jumlah yang terbatas ke Hari Interchange (針インター) atau Kokudo Yamazoe (国道山添) halte bis dari Stasiun Tenri di Nara atau Stasiun Nabari di Mie. Jika kamu berbicara dengan bahasa Jepang hubungi Yamazoe Tourism Association (Kankokyokai) dan tanyakan mengenai pemandu relawan mereka. Mereka akan mengantarmu ke Stasiun Nabari dan menunjukkan Yamazoe-mura seharga gas full-tank.

Fathin Kemala

Fathin Kemala @fathin.kemala

saya belum pernah ke jepang, mau donk kesana. amiiinn