Taman besar, dilihat dari ruangan di depannya, membuat pemandangan menjadi sangat terbatas (Foto: )

Taman Tsuru-Kame Konchi-in Kyoto

Perancang Taman Terkenal - 2 Kobori Enshu

Taman besar, dilihat dari ruangan di depannya, membuat pemandangan menjadi sangat terbatas (Foto: )
Dian Retno Mayang Sari   - 6 min read

Seni taman merupakan seni tiga dimensi. Ketika kita berjalan mengelilingi taman, menyentuh pohon, mencium bunga, dan menikmatinya dari berbagai macam sudut, semua aspek adalah kenikmatan yang nyata. Akan tetapi ketika kita melihat taman dari ruangan, terlihat seperti melihat gulungan gambar melalui jendela.

Ahli mengatakan bahwa apabila didefinisikan dengan lukisan, Taman Tsuru-Kame Konchi-in dapat dihubungkan dengan “Dewa Angin dan Guntur” (dilukis oleh Sotatsu Tawaraya) yang diciptakan pada periode yang sama dalam sejarah. Mengapa? Satu poin kunci adalah keduanya menempatkan ruang terbuka luas diantara dua subyek penting.

Rute Berjalan

Melewati pintu masuk, trotoar batu mengarahkan kita pada taman luar dekat kolam. Kemudian kita dibawa langsung menuju kuil dalam Toshu-gu, di mana rambut Tokugawa Ieyasu diabadikan. Kuil Tosho-gu adalah makam besar dan indah di mana doa dipersembahkan kepada Tokugawa Ieyasu (Shogun pertama dari Tokugawa Shogunate) sama persis seperti kuil agung Tosho-gu Nikko. Di Kyoto, terdapat tangga batu yang mengarah ke bawah menuju aula Hojo di belakang Toshu-gu. Kemudian kita mencapai taman Tsuru-Kame, yang terbuka luas di bagian depannya.

Taman Tsuru-kame

Taman ini didesain oleh Kobori Enshu (1579-1647) sekitar tahun 1630, akan tetapi penata taman berbakat bernama Kentei yang mengarahkan konstruksinya. Enshu merencanakan taman hingga ke detail terkecil dan Kentei yang membuat hidup rencana tersebut. Enshu ingin mengekspresikan ide bahwa kapal dan atau laut dengan pasir putih di depan taman. Dilihat dari ruangan yang berada sebelum taman, kebanyakan taman pasir tidak terlihat (sungguh sangat besar), dan pohon prun dan kelompok kecil batu sangat terkenal. Pohon-pohon ini ditujukan untuk mempertunjukan kedalaman pegunungan dan kejauhan lembah terpencil. Batu datar besar terletak di pusat berperan sebagai batu penyembahan di mana (pada kesempatan tertentu) pengunjung dapat berdoa di Kuil Tosho-gu yang berada di belakang pepohonan. Kedua elemen merupakan simbol hidup panjang dan kebahagaiaan. Terlebih, Enshu menggunakan ide perspektif satu titik di taman ini, konsep yang mungkin dipelajari dari pengetahuan misionaris Eropa. Lentera di tengah taman memegang peranan menarik mata sebagai pusat perhatian. Dan kelompok besar batu di kedua sisinya, dengan penataan batu yang lebih kecil ditengahnya, menciptakan rasa kedalaman besar.

Kobori Enshu dan Pendekatan desain Taman

Kobori Enshu lahir pada tahun 1579 dalam keluarga samurai yang melayani penguasa unggulan Toyotomi Hideyoshi. Pada umur 14 tahun, Enshu mulai mempraktekan meditasi Zen dan belajar cha-no-yu (Jalan Teh). Setelah kematian Hideyoshi, Enshu melayani Tokugawa Ieyasu dan kemudian ditunjuk sebagai spesialis untuk konstruksi umum, termasuk penataan taman. Enshu melakukan pekerjaan di Kuil Toshu-gu Nikko, Kastil Nijo-jo Kyoto, Taman Hojo Nanzen-ji, dan Kastil Edo-jo, dan pekerjaan bangunan dan taman penting lainnya di bawah shogunate.

Nilai rasa estetik Enshu biasanya diekspresikan sebagai kirei sabi, berbeda dengan konsep tradisional sabi (sederhana, tenang, dalam, hampir mati....) rasa keindahan Enshu sangat cerah, elegan, dan berwarna. Sebagai tambahan, berdasarkan pengetahuan klasik literatur Jepang dan Cina, Enshu menaruh banyak elemen terbaru dibawa ke Jepang dari negara asing dalam penataannya. Nilai esensi diselaraskan dengan sempurna untuk menciptakan dunia unik asli.

Enshu meninggalkan frase indah yang menunjukkan filosofi jalan teh.

“Ketika salju, taruhlah (sakura) merah mekar dalam vas”.

Pada dasarnya, rumah teh tradisional sangat sederhana dan gelap. Dan dalam cha-no-yu, sementara pengunjung menunggu tuan rumah masuk, mereka menikmati melihat penataan ruang yang sangat kecil tersebut. Ahli teh besar, Sen no Rikyu, tidak menata apapun dalam hari salju, karena berpikir salju itu sendiri sudah lebih dari cukup. Akan tetapi, Enshu berbeda. Ketika bersalju, Enshu berpikir bahwa merah mekar akan menjadi cahaya ramah di hati para pengunjung, yang baru saja berjalan di jalan sempit dingin ke dalam ruang kamar tidak berwarna.

Seri mengenai hal ini

Kyoto merupakan ibukota Jepang selama lebih dari 1000 tahun (794-1867). Terkenal dengan kuil dan taman, dengan tiga jenis utama (walaupun beberapa taman menggabungkan beberapa jenis). 1) Taman kering menggunakan batu dan pasir untuk mengekspresikan air. Biasanya secara umum didesain agar dapat dinikmati dari dalam ruangan. 2) Taman gaya pesiar biasanya termasuk berjalan mengitari kolam. Kita dapat menikmati pemandangan berbeda sepanjang berjalan-jalan. 3) Taman gaya abstrak sedikit modern akan tetapi tetap mengikuti tradisi taman.

Taman pertama di Kyoto berasal dari Taman Shinsen-en. Taman berkembang melewati periode waktu panjang hingga menjadi tiga jenis yang disebutkan di atas. Pada seri ini, Saya ingin memperkenalkan beberapa ahli penata taman (tukang kebun/arsitek landskap), dan beberapa taman Jepang indah yang mereka desain di Kyoto.

  1. Biksu Muso Soseko (1275-1351): Taman Hojo Tenryu-ji (Taman Gaya Pesiar)
  2. Kobori Enshu (1579-1647): Taman Tsuru- Kame Konhi-in (Taman Kering)
  3. Ishikawa Jozan (1583-1672): Vila Shisen-do (Taman Kering/Taman Gaya Pesiar)
  4. Ueji VII (1860-1933): Vila Murin-an (Taman Gaya Pesiar)
  5. Shigemori Mirei (1896-1975): Taman Hojo Tofuku-ji (Taman Gaya Abstrak)

Apabila Anda menikmati seri ini, mungkin tertarik juga dengan Menikmati kuil ini dengan koridor luar ruangan yang menakjubkan. Seri ini memperkenalkan koridor kuil dan taman menarik di Kyoto.

Dian Retno Mayang Sari

Dian Retno Mayang Sari @dian.retno.mayang.sari

My 2nd home country is my-yasashi-yokoso Japan!