Rumah pertanian tradisional dan bunga ungu-biru ajisai atau hydrangea (Foto: )

Kembali Ke Masa Lalu Di Shirakawa

Kembali ke masa lalu untuk tempat tenang dan tentram

Rumah pertanian tradisional dan bunga ungu-biru ajisai atau hydrangea (Foto: )
Dian Retno Mayang Sari   - 2 min read

Suasana desa Shirakawago membuat Saya merasa seperti melewati terowongan waktu ke masa lalu, dimana masyarakat hidup harmoni dengan lingkungan alam, tempat yang sangat sulit ditemukan saat ini. Cobalah untuk menutup mata dan membayangkannya.

Sebagai tempat terpencil dalam lembah, Shirakawago menyerupai desa rumah pertanian kecil. Rumah pertanian tersebut tidak kecil tetapi juga tidak terlalu besar, berukuran sekitar 3-4 lantai dengan atap jerapi curam. Pada musim semi terdapat banyak bunga berwarna-warni. Pada musim panas terdapat ladang padi penuh warna hijau subur. Di musim gugur terdapat kabut melayang melewati daun berwarna orange dan merah. Musim dingin merupakan waktu spesial ketika karpet salju menutupi lembah menghiasi desa membuat nya menjadi suatu pemandangan indah.

Saya pergi ke Shirakawago pada bulan Juni. Bulan Juni adalah musim hujan yang dikenal dengan tsuyu dalam bahasa Jepang. Desa Shirakawago sangat indah dengan cara yang berbeda. Pada saat hujan, bunga ungu-biru ajisai atau hydrangea mekar dengan indahnya. Dan keuntungan lainnya datang pada saat musim hujan adalah hanya terdapat sedikit pengunjung dibandingkan dengan waktu lain.

Apapun musimnya, Shirakawago selalu indah.

Shirakawago berarti ‘Distrik tua dari Sungai Putih’. Berlokasi di desa Shirakawa perfektur Gifu. Terdapat rumah pertanian tua yang masih ditinggali. Rumah pertanian dibangun berbentuk seperti tangan sedang berdoa atau gassho-zukuri, yang sangat luar biasa dan unik. Turunan curam ini didisain agar salju dapat turun ke bawah dari atap dan tidak berada di atap terlalu banyak karena wilayah ini sering mendapatkan salju pada musim dingin. Pada masa lalu, loteng sering digunakan untuk memelihara ulat sutra.

Selain rumah pertanian, terdapat kuil kecil mempesona, Shirakawa Hachiman. Terdapat menara lonceng beratap jerami yang sangat Saya sukai. Kuil ini memproduksi sake sejak jaman dahulu kala, menggunakan air segar yang berasal dari salju pegunungan yang dicairkan. Setiap tahun pada pertengahan bulan Oktober, kuil menyelenggarakan Doburoku Matsuri. ‘Matsuri’ berarti festival. Terdapat parade shishi atau singa berkaki delapan, band lokal, lagu rakyat, dan ‘Shishimai’ dansa singa. Juga terdapat sake untuk dicoba.

Pada waktu lain selain festival, kuil Shirakawa Hachiman tetap layak untuk dikunjungji. Saya sangat menyukai ketenangan tempat ini, pohon cedar menjulang tinggi, bangunan sederhana kuil, menara lonceng kesukaan Saya, dan bahkan bak mandi terbuat dari batu yang sangat spektakuler.

Dian Retno Mayang Sari

Dian Retno Mayang Sari @dian.retno.mayang.sari

My 2nd home country is my-yasashi-yokoso Japan!