Kamar saya yang nyaman (Foto: )

Wakinosawa Youth Hostel di Aomori

'Pangkalan' bagi penjelajah alam Semenanjung Shimokita

Kamar saya yang nyaman (Foto: )
Vicky Amin   - 3 min read

Kalau bukan berkelana hingga area terluar kepulauan Okinawa atau bagian-bagian ekstrim dari Hokkaido, sulit untuk mencapai titik yang lebih jauh dari dua tempat itu di Jepang, kecuali semenanjung Shimokita. Semenanjung ini adalah sebuah tempat yang cantik untuk menikmati satu sampai tiga hari waktu luang untuk menjelajah. Tapi karena sangat terpencil, tempat menginap disana sangat sedikit dan letaknya jauh satu sama lain. Ketika saya berada disana, saya menginap di sebuah hostel di Wakinosawa, yang nyaman dan akses transportasinya mudah, juga menawarkan makanan yang enak.

Bangunan penginapan bergaya pedesaan ini tampak kokoh, dengan taman kecil di depannya dimana pengunjung bisa duduk-duduk menikmati cuaca yang lebih menyenangkan daripada ketika saya berada disana. Dorm nya tampak nyaman, dengan tempat tidur tingkat terbuat dari kayu yang disusun di sekitar serambi tatami yang ditinggikan. Saya mendapat salah satu dari delapan ruang tatami: rasanya seperti kamar di guesthouse, dengan meja rendah dan tempat duduk lantai, dan saya punya TV kecil sendiri dalam kabinet di sudut ruangan. Ada kesan Skandinavia terpancar di seluruh pelosok bangunan, dengan ubin, dinding dan perabotan kayu, serta lukisan flora dan fauna setempat terpasang di tiap tembok.

Letaknya dekat dengan kota, hanya sekitar lima sampai sepuluh menit jalan kaki menuju pemberhentian bis yang menyeberang ke Mutsu dan Osore-zan, dan ke pelabuhan untuk naik feri ke kota Aomori, melintasi pantai Tsugaru, atau naik ke utara menuju pesisir dengan pemandangan tebing Hotokegaura yang dramatis. Agak jauh dari kota, saya melewati bebatuan lepas pantai dan mencapai sebuah lintasan yang melewati bukit berhutan di sepanjang pantai, melihat hewan semacam rusa; saya beruntung sekali bisa melihat beberapa serow sedang memamah biak dengan ceria di dalam hutan.

Saya tidak menemukan banyak pilihan makanan di kota, selain beberapa toko kelontong. Jadi saya memutuskan untuk makan di hostel saja, dan hanya dengan 1.000 yen saya menikmati salah satu makanan terbaik dalam perjalanan saya; sebaki penuh salad segar yang lezat, seafood, omelet, nasi, sup dan acar. Saya sangat menyarankan agar pengunjung terlebih dahulu memberitahu para staf penginapan kalau mereka ingin makan disana.

Satu-satunya kekurangan adalah cara pemesanan hostel yang sedikit aneh: tidak bisa dilakukan secara online, beberapa email tidak dibalas, dan staf nya hanya berbahasa Jepang, jadi kalau pengunjung tidak bisa berbahasa Jepang, mereka harus minta tolong seseorang untuk menelepon hostel itu dan melakukan pemesanan. Bagaimanapun juga, segala usaha itu langsung terbayarkan ketika saya berada disana. Hostel itu benar-benar seperti sebuah pangkalan dimana saya bisa pergi menikmati pesisir pantai, pemandangan alam serta kehidupan liar yang ditawarkan Shimokita.

Vicky Amin

Vicky Amin @vicky.amin632

A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...