Foto:

Jalur Toden Arakawa, Tokyo

Perjalanan melintasi Tokyo kuno

Foto:
Vicky Amin   - 3 min read

Jalur Toden Arakawa adalah satu dari hanya dua jalur trem yang masih beroperasi di Tokyo sampai hari ini. Jalur ini pada awalnya dibuat oleh Oji Electric Tram Company, dengan beberapa bagian sejak tahun 1913. Pada tahun 1974, dibawah ancaman penutupan, jalur itu dibeli oleh Tokyo Metropolitan Bureau of Transportation (untuk menyenangkan warga setempat). Jalur Toden Arakawa membentang sepanjang 12.2 kilometer dari Stasiun Waseda di barat sampai Stasiun Minowbashi di timur, melewati area perumahan sunyi di Tokyo. Meski istilahnya adalah 'street car', jalur ini sebenarnya terpisah dari jalan-jalan yang biasa digunakan dalam perjalanan. Penumpang akan menikmati sekilas Tokyo masa lalu melalui lingkungan perumahan sunyi yang bergaya tua, menghindari kekacauan lalu lintas dan keterlambatan yang biasa ditemui di jalan raya.

Perjalanan singkat dari terminal Waseda adalah Zoshigaya, dengan area pemakaman terkenal yang berada di sisi jalur trem. Area perumahan yang terkenal adalah Patrick Lafcadio Hearn, seorang penulis buku keturunan Yunani yang dikenal juga dengan nama Jepangnya Koizumi Yakumo. Terdengar aneh memang, karena area pemakaman itu tampak cantik dan damai, cocok dijadikan tempat untuk jalan-jalan pada pagi hari di musim panas. Sagamo, sebuah area yang juga dilalui jalur Yamanote, adalah area belanja terkenal untuk warga manula Tokyo. Jalan penuh tempat belanja sepanjang 800 meter Jizo Diro yang menawan disebut juga sebagai "Harajuku Wanita Tua". Lebih dari 200 toko di jalan ini menargetkan warga senior sebagai audiens mereka, menjual produk mulai dari pakaian, makanan tradisional, dan pilihan manisan jaman dulu. Di sekitar pertengahan jalur ada Taman Asukayama. Shibusawa Eiichi, presiden dari bank modern pertama di Jepang (yang disebut juga sebagai Bapak dari kapitalisme Jepang) dulu merupakan pemilik taman ini, dimana di dalamnya terdapat museum sebagai penghormatan kepadanya. Bukit taman cantik ini juga memiliki 'museum kertas' dan Museum Kita City Asukayama yang memiliki koleksi penemuan arkeologis lokal.

Jalan terus, dan trem akan 'berguling' menuju Minowbashi. Kalau penumpang ingin turun di Arakawa-Itchumae, satu pemberhentian sebelumnya, mereka bisa berjalan sejauh 465 meter melewati pusat-pusat perbelanjaan di antara dua stasiun. Di ujung jalan, sebuah persimpangan dengan jalan raya Nikko Kaido bisa mengantar pengunjung ke utara menuju Senju Ohashi. Ini adalah jembatan (awalnya dibangun pada 1594 tapi diganti pada 1921) dimana penyair terkenal Matsuo Bashi menyeberang untuk meninggalkan perbatasan kota Edo, berhenti menulis haiku pertama dari travelogue nya "Narrow Road to the Deep North".

Jalur Toden Arakawa menawarkan sekilas cara hidup di masa lalu - sederhana, sedikit aneh tapi nyaman. Pengemudi trem sangat ramah dan sabar dalam menghadapi penumpang, yang kebanyakan manula dengan mobilitas lebih sedikit daripada para pengguna kereta modern. Kalau JapanTraveler suka sesuatu yang terkesan tua, atau punya hasrat menjelajah, ini adalah cara termurah untuk berjalan-jalan selama satu hari. Jangan terkejut dan kegirangan ketika mendengar bahwa pengumuman di trem tersedia dalam bahasa Inggris (dan Jepang tentunya). Tarif sekali jalan adalah 160 yen, tapi ada pula economy day pass seharga 400 yen (200 yen untuk anak-anak). Satu perjalanan dari awal sampai akhir akan memakan waktu 48 menit, meski jadwalnya tidak seketat yang bisa ditemukan di jalur Yamanote!

TRIVIA - suara bel nya menjadikan trem ini dijuluki sebagai "chin chin densha".

Vicky Amin

Vicky Amin @vicky.amin632

A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...