Perjalanan turun gunung: penandangan yang menenangkan dari Gunung Fuji di pagi hari (Foto: )

Gn.Fuji dari Rute Kawaguchiko

Sebuah rute populer untuk mendaki Gunung Fuji

Perjalanan turun gunung: penandangan yang menenangkan dari Gunung Fuji di pagi hari (Foto: )
Vicky Amin   - 4 min read

Mendaki Gunung Fuji pasti menempati posisi 3 teratas dalam setiap daftar kegiatan para wisatawan. Namun ada tiga pertanyaan yang sering diajukan mengenai aktivitas yang satu ini:

1) Rute apa yang harus diambil?

2) Bagaimana cara mencapainya?

3) Apa saja yang harus dipersiapkan?

Berdasarkan pengalaman saya, inilah jawaban-jawaban dari pertanyaan seputar pendakian Gunung Fuji itu:

1) Rute Kawaguchiko/Yoshidaguchi

Inilah rute paling terkenal di kalangan pendaki Jepang. Terletak pada ketinggian 2300 meter di atas permukaan laut, jalur ini adalah yang terpendek menuju puncak. Berita baiknya, ada banyak penginapan tersebar di sepanjang jalur.

2) Dengan bus

Ada banyak layanan tur bus yang tersedia di sudut-sudut stasiun kereta manapun. Dengan biaya ¥13,000, paket tur sudah meliputi transportasi dari Shinjuku menuju Stasiun ke-5 Fuji (5th Station), penginapan (lengkap dengan makan malam dan sarapan), dan pemandian air panas setelah pendakian. Tentu saja Anda bisa melakukannya sendiri tanpa menggunakan tur, namun tarif yang harus dikeluarkan sebenarnya tidak berbeda jauh.

Berbicara soal penginapan, beberapa tempat mungkin akan penuh pada musim-musim tertentu. Jadi sebaiknya Anda melakukan reservasi jauh-jauh hari apabila ingin bermalam di kawasan Gunung Fuji untuk berburu momen matahari terbit. Tarif akomodasi di sini mulai dari ¥5,000 per malam.

3) Gunakan pakaian berlapis-lapis

Harus saya akui bahwa saya dan teman saya melakukan pendakian tanpa persiapan. Salah satu alasannya adalah karena kami merasa cukup sehat dan berpikir bahwa suhu di kawasan Gunung Fuji tidak akan terasa begitu dingin. Nyatanya? Salah besar. Pada musim panas pun temperatur di puncak dapat turun mencapai titik beku. Hari ketika saya mendaki itu sebenarnya sangat cerah, namun ketika kami tiba di puncak, tiba-tiba muncul badai dengan hujan es. Kami hampir mati kedinginan. Jadi berdasarkan pengalaman ini, peringatan saya adalah: bawa baju hangat atau jaket, dan sarung tangan!

Catatan: Kalau Anda tidak ingin repot dan butuh orang lain untuk mengurus hal-hal seperti ini, Anda dapat menggunakan jasa pemandu seperti Nori.

Kami tiba di stasiun ke-5 pada pukul 12:30 siang. Karena stasiun ini sudah berada di ketinggian 2300 meter di atas permukaan laut, banyak yang menyarankan untuk beristirahat dulu sejenak guna beradaptasi dengan ketinggian. Kami menghabiskan waktu satu jam untuk makan siang dan membeli pilgrim's staffPilgrim's staff adalah sebuah tongkat kayu berbentuk segi delapan yang dapat dibeli para pendaki untuk mengumpulkan tanda di sepanjang jalur pendakian (tanda yang menunjukkan bahwa mereka telah melewati titik pendakian tertentu). Di tiap penginapan di sepanjang jalur, akan ada seseorang yang nantinya mencetak tanda-tanda ke tongkat menggunakan besi panas. Masing-masing tanda memiliki bentuk yang unik dan tarifnya beragam mulai dari ¥200-300, jadi membeli semua tanda bisa terasa sangat mahal. Meski demikian, tongkat dengan tanda-tanda ini bisa jadi harta paling berharga dari pengalaman Anda berwisata ke Jepang. Dan tentu saja, tongkat ini akan sangat berguna untuk perjalanan Anda turun gunung. SANGAT berguna.

Kami mulai mendaki sekitar pukul 1:30 siang. Saat itu sangat cerah namun ada cukup banyak awan yang menghadang sinar matahari sehingga menghindari kami dari dehidrasi. Jalurnya sendiri tidak begitu sulit karena terawat dan hampir datar. Kami menghabiskan sekitar 4 jam untuk mencapai stasiun ke-7. Dalam perjalanan, kami disuguhi pemandangan menakjubkan dari Danau Yamanaka yang dikelilingi pegunungan. Setelah stasiun ke-7, jalurnya mulai menanjak dengan banyak bebatuan. Sebenarnya tidak begitu sulit untuk mendaki, namun saat itu jalurnya dipenuhi banyak orang. Kalau Anda mendaki via jalur Kawaguchiko, pastikan untuk tidak melakukannya saat akhir pekan.

Setelah sekitar satu jam, akhirnya kami mencapai penginapan kami. Para karyawan di sana sangat ramah, namun setelah makan malam mereka segera meminta kami untuk langsung menuju kamar. Padahal saat itu baru pukul 7 malam! Kami bangun pukul 2 pagi dan langsung beranjak menuju puncak, dengan berbekal sarapan bento. Banyak sekali orang yang bergerak menuju puncak pada waktu ini, jadi meski hanya berjarak 2 jam dari stasiun ke-8, Anda mungkin harus menyisihkan waktu 3 jam. Ketika sudah melihat gerbang kuil, puncaknya sudah dekat.

Sayangnya saat itu badai menerjang di puncak, jadi kami tidak dapat melihat sunrise. Namun ketika warna langit berawannya perlahan berubah menjadi oranye terang, semua orang pun tahu bahwa matahari sudah berada di atas ufuk. Kalau cuacanya cerah dan masih punya sisa tenaga, Anda harus berjalan-jalan di sekitar kawahnya.

Kami mulai turun gunung sekitar pukul 6:30 pagi. Selagi turun, awan-awan pun menghilang dan pemandangan pagi yang tenang dan damai pun menyapa kami. Setelah melewati 5 jam, kami akhirnya tiba di stasiun ke-5 dan menunggu bus untuk membawa kami ke pemandian air panas setempat.

Info lebih lanjut

Cari tahu tentang Gunung Fuji.

Vicky Amin

Vicky Amin @vicky.amin632

A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...