Menyembuhkan luka perang (Foto: )

Museum Okinawa Peace Memorial

Generasi akan harapan dan penuh tangisan

Menyembuhkan luka perang (Foto: )
Emmaculata Anjani   - 2 min read

"Shota, Shota, apa Anda baik-baik saja? Shota!"

Saat itu merupakan sore indah di hari Sabtu. Tawa dan canda memenuhi langit malam di pantai yang menghadap ke Lautan Filipina. Shota dikelilingi oleh rasa kekeluargaan dari orang-orang berusia remaja, duapuluhan, tigapuluhan, dan empatpuluhan. Orang-orang yang biasanya tidak Shota jumpai.

Biasanya Shota memendam erat pikirannya. Namun malam ini dia berada di pesta. Lentera dan bintang bagai menari di langit, dan hari-hari biasa yang tenang berubah menjadi hiruk-pikuk. Hal tersebut membawa ingatannya kembali ke masa mudanya, sebuah masa dimana teman-temannya akan menari dan melihat sinar bulan di pantai. Teman-temannya sudah tidak lagi berada disini. Ketika Perang Okinawa berlangsung, mereka semua telah meninggal, baik karena kelaparan, sakit, maupun berada di tempat maupun waktu yang salah. Hal tersebut merupakan ingatan yang sebaiknya ia lupakan, namun disaat yang sama, masa-masa itulah yang memberikan harapan baru, bahwa Jepang dan Amerika akan bekerja sama untuk masa depan tanpa peperangan.

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Shota...."

Melihat banyak orang muda disaat yang sama membuat Shota sedih dan juga senang. Kebahagiaan mereka terasa nyata, seperti menariknya kembali ke masa itu yang ia lupakan. Apa itu hidup? Di saat yang sama, ia berhasil selamat dan hidup hingga usia 100 tahun, satu-satunya yang dapat mendengar lagu ulang tahun. Mengapa ia harus hidup ketika semua temannya meninggal di usia muda?

Dikatakan bahwa, dari semua prefektur di Jepang, Okinawa hanya berkontribusi sedikit di peperangan, namun menderita kerugian terbesar dengan setiknya 150.000 orang yang merupakan setengah dari populasinya meninggal, daerah pemukiman rata dengan tanah, dan kawasan bukit serta sawah yang rusak.

Di Museum Okinawa Prefectural Peace Memorial, terdepat deretan-deretan batu hitam, menandakan ratusan ribu nama orang-orang yang kehilangan nyawanya. Orang tua dan muda, orang-orang seperti teman-teman Shota, terbaring di bumi dalam diam namun suara orang-orang seperti Shota seperti memberikan suara bagi orang-orang yang kehilangan nyawanya. Terdapat banyak orang yang hidup dalam sejarah panjang Okinawa, masa-masa setelah perang maupun setelahnya. Jika Andamenelusuri museum dengan bantuan bimbingan audio, mungkin Anda bisa mendengarkan suara pedih dan kerasnya, berbisik masuk ke jiwamu.

Emmaculata Anjani

Emmaculata Anjani @emmaculata.anjani

:)