Desain "Nihonga floral Pastel Design" yang terinspirasi dari "Rinpa", di Peragaan Busana Kyoto di Pusat Tekstil Nishijin (Photo: Vanessa Smith / CC BY-NC-SA 2.0)

Toko & Museum Tekstil Nishijin

Peragaan busana kimono dan kelas menjahit

Desain "Nihonga floral Pastel Design" yang terinspirasi dari "Rinpa", di Peragaan Busana Kyoto di Pusat Tekstil Nishijin (Photo: Vanessa Smith / CC BY-NC-SA 2.0)
Vicky Amin   - 3 min read

Sejarah Nishijin adalah sejarah dari tekstil Kyoto itu sendiri. Istilah 'Nishijin' berasal dari dua kata dalam Bahasa Jepang: 'Nishi' yang berarti 'Barat', dan 'Jin' yang berarti 'Perkemahan'. Menjelang akhir dari Peperangan Onin sekitar 500 tahun silam, para penenun Kastil Kekaisaran datang ke area di mana Yamana Sozen, komandan pada saat itu, membangun perkemahan sisi barat.

Beberapa tahun lalu saya membeli sebuah peti kimono antik, atau yang disebut dengan tansu, dari Kyoto. Benda itu berumur lebih dari seratus tahun, sudah termakan usia, namun memiliki nilai warisan berupa kecantikan memikat yang tidak akan mungkin bisa saya dapatkan dari toko lain di zaman yang modern ini. Saya pun membayang-bayangkan seperti apa kimono-kimono yang pernah disimpan di dalam tansu ini oleh pemilik aslinya. Di Pusat Tekstil Nishijin (Nishijin Textile Center), ada buku-buku pola dan motif kimono dari Zaman Meiji pada akhir abad ke-19, menunjukkan simbol-simbol dari empat musim, dengan daun-daun sakura dan maple musim semi bertebaran di antara kepingan salju, dan latar belakang ombak ala musim panas. Terdapat beberapa pajangan bersejarah di tempat ini, termasuk mesin tenun manual dan toko-toko kain tua pada masanya. Ada pula pameran yang menampilkan langkah-langkah membuat kain Nishijin mulai dari desain, perforasi, simpul, kumparan, dan cara penggunaan mesin tenun, yang semuanya tersedia dalam Bahasa Inggris dan Jepang yang baik! Karena benang-benang Nishijin terlebih dulu diwarnai sebelum ditenun, pertimbangan untuk mendesain kainnya menjadi sangat penting agar visi sang pembuatnya dapat terlihat dengan jelas. Di sini Anda juga dapat melihat para perajin membuat karya-karya seni untuk kemudian hari, atau mencoba sendiri menenun dalam sebuah kelas dengan biaya pendaftaran ¥1,300.

Hari ini, Nishijin, bersama dengna Milan dan Lyon, adalah tiga pusat dunia untuk kain-kain suteranya. Kalau ada anggota keluarga atau orang dalam kelompok wisata Anda yang memiliki minat dalam hal menenun, Pusat Tekstil Nishijin dan museumnya jelas dapat dijadikan sumber hiburan. Anda dapat berkostum layaknya seorang geisha asli dengan 12 lapis kimono yang dikenakan para wanita kekaisaran seribu tahun lalu, dan menghidupkan fantasi Dongeng Genji dengan biaya ¥10,000. Kimono dengan kualitas standar tersedia seharga ¥3,000, atau kalau mau seusatu yang gratisan, Anda bisa menyaksikan peragaan busana kimono yang diadakan tiap jam mulai pukul 10 pagi sampai 4 sore. Tempat ini sebenarnya bukan merupakan destinasi wajib kunjung, namun tidak ada salahnya mampir kalau Anda sedang berada di sekitarnya atau berencana mendatangi Museum Tondaya Machiya. Ada sebuah kafe kecil di dalam bangunan ini, juga beberapa kafe bergaya galeri seni yang dapat dicapai dengan sedikit berjalan kaki.

Pada saat-saat tertentu museum ini akan dipenuhi kelompok wisatawan paruh baya yang datang dengan bus tur. Tempat yang mungkin akan menjadi begitu ramai adalah bagian atas bangunan di mana terdapat area cenderamata yang menjual yukata, dasi, dan beragam aksesoris berdesain tradisional seperti taplak meja berenda. Area ini mengingatkan saya akan beberapa department store yang pernah saya kunjungi sewaktu kecil. Namun ramainya tempat ini menunjukkan bahwa para staf toko dapat berbicara Bahasa Inggris dengan baik, sehingga Anda tidak perlu ragu kalau ingin berbelanja sesuatu. Mereka tidak akan memaksa untuk membeli, justru akan sangat senang untuk membantu dan menjawab pertanyaan Anda.

Vicky Amin

Vicky Amin @vicky.amin632

A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...