Mengganti jamur hitam dengan rebung yang diawetkan 笋干 memberikan rasa renyah, namun rasanya belum dapat dibandingkan dengan rebung yang diasinkan, menghasilkan sensasi gurih yang menyenangkan (Photo: Alpha / CC BY-SA 2.0)

Restoran Ramen Ajisen

Ramen terkenal dunia kebanggaan Kumamoto

Mengganti jamur hitam dengan rebung yang diawetkan 笋干 memberikan rasa renyah, namun rasanya belum dapat dibandingkan dengan rebung yang diasinkan, menghasilkan sensasi gurih yang menyenangkan (Photo: Alpha / CC BY-SA 2.0)
Odilia Sindy Okinawati   - 3 min read

Ramen adalah salah satu menu makanan pokok Jepang yang dulunya diciptakan oleh seseorang yang berasal dari China. Yang membuat ramen disukai oleh para penikmatnya adalah rasa kaldu atau kuah yang disajikan, yang memberikan rasa lokal.

Sebagai contoh, Tokyo terkenal dengan shoyu atau kuah dengan bahan dasar kecap, sedangkan miso atau shio (kaldu rasa asin) adalah rasa khas dari Hokkaido. Kyushu terkenal dengan kuah tonkotsu yang terbuat dari tulang daging babi. Ramen Ajisen sendiri, berasal dari kuah tonkotsu. Dimasak secara perlahan dengan seluruh tulang babi, dicampur dengan kombinasi bahan rahasia dari Ajisen yang memberikan rasa tajam dan kaya. Kaldunya sangat seimbang sehingga tidak terlalu kental atau encer, dan bentuk serta ketebalan mienya sangatlah sempurna.

Ketika saya tinggal di Kumamoto, ibu dan nenek saya sering menelepon Ramen Ajisen untuk mengantarkan pesanan ke rumah. Pelayanannya sangat cepat dan letak kedainya dekat dengan rumah saya sehingga ini adalah pilihan yang mudah dan cepat bagi kami yang tiba-tiba merasa lapar. Kami biasa memesan ramen, nasi goreng, gyoza (pangsit kukus) dan chanpon (mie kuah soba dari Nagasaki yang terkenal) - makanan China bergaya Jepang. Esoknya, mereka akan kembali untuk mengambil piring di rumah kami. Saya masih ingat, kedainya memiliki bau yang tajam, dengan konter kuning yang tebal dan meja tua yang seluruhnya memikat para pekerja konstruksi, sopir truk, dan beberapa pengunjung. Sebuah kedai yang sederhana dan bersahaja, dan saya jarang menemukan pengunjung wanita muda di sana. Itu terjadi sekitar tahun 1980-an.

Akhir tahun 1990 mereka merubah dekorasi dan merek, serta desain interiornya berubah menjadi gaya perpaduan antara Jepang dan China yang modern di mana hal ini menarik para kawula muda. Satu hal yang tidak berubah adalah rasa khasnya dan tekstur yang seimbang pada ramennya. Semangkuk tonkotsu mereka sangat memuaskan dan adiktif! Saya meninggalkan Kumamoto karena harus belajar melanjutkan sekolah di kota metropolis Osaka, namun saya tidak pernah melewatkan kunjungan saya ke kedai ini untuk semangkok ramen pada saat saya kembali ke Kumamoto selama liburan sekolah.

Pada tahun 1998 saya mengunjungi Hong Kong, dan terkejut karena tidak sengaja menemukan kedai Ramen Ajisen yang berderet. Terdapat banyak pengunjung yang rela mengantre di bagian luar kedai, sambil mengobrol dan menunggu ramen favorit mereka. Saya tidak tahu pasti mengapa orang-orang China menyukai makanan Jepang yang aslinya berasal dari negeri mereka, namun kuah terenak tiada tandingnya menurut saya berada di Wanchai atau Tsim Sha Tsui. Saat ini, semua orang dapat menikmati Ramen Ajisen di seluruh dunia, China, Kanada, Australia, dan negara lainnya. Di Australia, mereka membuka kedai pertamanya di Bourke Street Melbourne, namun saya lebih gembira ketika mengetahui bahwa ada dua kedai di World Square dan Chinatown di Sydney serta di Brisbane. Sepertinya ramen ini mengikuti diaspora masyarakat China yang ada di seluruh dunia.

Ibu saya mengetahui bahwa saya adalah penggemar berat Ramen Ajisen, meskipun sudah ada beberapa kedai di tempat saya tinggal sekarang di Sydney, beliau selalu menawarkan saya Ramen Ajisen setiap kali saya kembali ke Kumamoto. Tidak ada yang menandingi Ramen Ajisen di tempat asalnya.

Odilia Sindy Okinawati

Odilia Sindy Okinawati @odilia.djoenar

Travel is my soul!