Water, sunshine and sky - Benesse House makes the most of these three elements (Photo: Nomad Cavalier / CC BY-NC 2.0)

Rumah Benesse Naoshima

Bangun di tempat yang Anda kira tak pernah ada

Water, sunshine and sky - Benesse House makes the most of these three elements (Photo: Nomad Cavalier / CC BY-NC 2.0)
Vicky Amin   - 3 min read

Bangunlah di suatu tempat yang tidak pernah Anda bayangkan, bahkan di dalam mimpi. Di mana semak zaitun menghadap Samudera Pasifik dan labu-labu dengan tutul raksasa serta loreng harimau menghadirkan tawaan seperti anak kecil baik bagi orang-orang dewasa maupun anak-anak muda.

Bagi tamu-tamu dari planet lain, Rumah Benesse (Benesse House) akan mengundang keingintahuan yang sama besarnya seperti lingkaran tanaman (crop circle) di Inggris. Dari udara, yang Anda dapat lihat adalah tiga bentuk: lingkaran, kotak, dan segitiga, seolah-olah prestasi manusia dapat dikurangi hingga mencapai kesederhanaan dari sebuah mainan bayi. Lihatlah dengan lebih dekat, dan Anda akan menemukan kejeniusan Takao Ando dalam mendesain sebuah museum hotel yang mengadopsi pegunungan dramatis dan pemandangan lautan sebagai tulang-belulangnya, dan membangun ulang semua elemen arsitektur sehingga hanya menyisakan Anda yang bersatu dengan alam dan ruang yang agung—sebuah tema yang dapat dijelajah dan dialami dari pemasangan James Turrell di Museum Chichu yang tak jauh dari tempat ini.

Untuk tamu-tamunya yang paling eksklusif (hanya untuk dewasa), sebuah monorel privat dapat mengantarkan Anda ke puncak gunung, di mana satu bentuk lain, sebuah oval, mengundang Anda untuk berinteraksi dengannya dari segala sudut. Ukurannya hampir tidak memungkinkan untuk dapat ditangkap dalam satu frame foto, namun hal itu tidak menghentikan para pengunjung untuk terus mencari sudut yang paling pas. Entah Anda berbaring penuh dengan pipi menyentuh tanah, atau sedikit naik, seperti seekor burung hantu mengamati dari sarangnya—terserah. Tempat ini memang didesain sebagai tempat relaksasi dengan area-area bagi para tamu untuk menemukan kembali hubungan fisik dengan lingkungan yang ada.

Bagi Takao, seni bukan saja untuk dipajang dalam museum, tetapi juga untuk dihidupi. Seperti film "Night in the Museum", tamu-tamu hotel dapat menikmati pameran dengan mengenakan piyama, jauh setelah para pengunjung-satu-hari pulang, dan hanya akan ada Anda, karya seni, dan keheningan pulau. Patung-patung dan pajangan-pajangan lain mungkin tidak terkesan hidup, namun cobalah untuk melangkah lebih dekat dan Anda akan mendengar mereka berteriak dalam bisikan yang sangat keras—yang hanya dapat didengar oleh Anda. Seperti seri "100 Live and Die" karya Bruce Nauman. Insalasi neon berkedip miliknya, yang menyampaikan pesan-pesan seperti "menangis dan hidup", "bermain dan mati", memikat seperti lampu lalu lintas yang gemerlapan.

Sekarang mungkin Anda berpikir bahwa saya gila dan seharusnya menetap di sanatorium tak terpakai yang berada di pulau sebelah. Tapi menetap di sebuah pulau memang akan membuat Anda seperti ini. Terpisah dari keributan dan perbincangan membosankan dari pulau utama, museum hotel ini merupakan jawaban dari rutinitas tak berjiwa khas dunia bisnis, karena tempat ini memang merupakan sebuah resor bagi para pencari matahari.

Sejalan dengan filosofi ini, kamar-kamar dari era 90an didesain ulang tanpa menggunakan televisi, karena kemewahan dinilai dari seberapa banyak Anda menyaksikan pergerakan matahari dan bulan selagi berendam dalam pemandian dengan produk-produk perawatan kulit Thann.

Di sisi lain, Anda bisa berendam dengan orang-orang asing di pemandian Cultural Melting Bath, sebuah pemandian komunitas yang menyatu baik dengan seni Cai Guo-Qiang. Lima tanaman medis dan bebatuan Taihu disusun berdasarkan Feng Shui untuk menyeimbangkan pikiran dan tubuh Anda.

Lantai hingga jendela di langit-langit kamar menangkap setiap cahaya dan bayangan, dan Anda dapat menikmati ketenangan serupa berkemah, tanpa harus merasakan ketidaknyamanan. Pengeras suara Bose serta wi-fi gratis menjadi tambahan terbaru untuk tamu modern yang ingin berlibur. Meski ada fasilitas ini, saya menyarankan agar Anda tidak menggunakannya, lalu buka meja menulis kayu yang ada untuk menikmati momen membaca ikhtisar dari pulau dan museum-museum yang ada.

Info lebih lanjut

Cari tahu tentang Benesse Art Site Naoshima.

Vicky Amin

Vicky Amin @vicky.amin632

A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...