Warna-warna Akita yang berbeda

Akita Inu Dan Prefektur Akita

Hubungan Akita Inu dan Prefektur Akita

Warna-warna Akita yang berbeda
Santy Tobing   - 6 min read

Berasal dari utara Jepang, anjing Akita atau Akita Inu dalam bahasa Jepang, adalah keturunan anjing yang kuat, tangguh, dan penuh kasih sayang. Jenis ini dikatakan telah berkembangbiak dari nenek moyangnya di Kota Odate di Prefektur Akita selama Periode Edo. Hingga tahun 1957, nenek moyang anjing ini digunakan untuk berburu beruang, babi hutan, dan rusa. Perburuan dan persahabatan dengan anjing dimulai sekitar 12.000 tahun yang lalu di Jepang. Jika pada awalnya dibesarkan untuk berburu, saat ini Akita justru terkenal karena kesetiaan serta jarangnya anjing jenis ini menggonggong, menjadikannya anjing pendamping yang sempurna.

Sejarah Akita Inu

Akita adalah salah satu jenis anjing tertua dan terbesar di Jepang. Dikatakan bahwa Prefektur Akita memiliki tiga ikon budaya: matagi (pemburu beruang), kirintanpo (sate nasi buntal), dan Akita Inu. Akita Inu membantu pemburu di pegunungan di Prefektur Akita dengan menjebak beruang sampai pemburu datang dan mendekatinya. Legendanya, 500 tahun yang lalu, seorang pejabat Jepang kehilangan dukungan dari Kaisar Taisho. Ia dan keluarganya diasingkan ke pulau terluar Jepang. Pulau tersebut penuh dengan Beruang Yezo (beruang asli daerah itu dengan berat mencapai 500kg). Pejabat tersebut memutuskan menciptakan anjing jenis baru dengan menggabungkan nenek moyang anjing jenis Mastiff, sejenis spitz Jepang, dengan dua jenis serigala yang berbeda. Dengan "Akita" Inu jenis baru ini, dia dapat mengusir keluar beruang dari pulau.

Akita Inu, yang kadang keliru disamakan dengan Shiba Inu, memiliki tubuh yang jauh lebih besar (kadang dua kali berat Shiba Inu) dengan berat antara 70-100 pon (31-45 kg), sementara Shiba Inu memiliki berat sampai dengan 25 pon (11 kg). Akita Inu adalah jenis anjing yang memiliki kepercayaan diri dan dapat ditemukan dengan warna-warna seperti putih, hitam, coklat, coklat terang, dan belang-belang. Mereka memiliki mantel ganda pendek atau panjang, dan ada beberapa jenis Akita yang berbeda dari Amerika dan Jepang. Akita Inu jantan dewasa dapat mencapai tinggi hingga 70 cm. Akita sering digambarkan "seperti kucing" karena mereka cenderung berpikir dan bertindak mandiri, dan terkadang merawat dirinya seperti kucing.

Peran Akita Inu di Jepang

Jenis Akita telah menjadi penjaga kerajaan Jepang selama era feodal, pemburu beruang/rusa, dan pelindung bagi keluarga. Kekaisaran samurai sangat menyukai anjing-anjing ini hingga mereka percaya jika satu samurai meninggal dengan tidak terhormat, kadang kala dia akan diberi kesempatan kedua untuk dilahirkan kembali sebagai Akita. Dengan cara ini dia dapat memiliki kesempatan untuk mati demi membela hidup tuannya, dan mendapatkan kembali kehormatannya. Akita Inu juga dikenal jago dalam melindungi orang dewasa dan anak-anak. Di desa-desa nelayan, Akita akan tinggal di rumah dan menjaga anak-anak, melindungi dan mencegah mereka meninggalkan rumah. Berdasarkan kekaguman para samurai pada Akita, Kaisar Taisho kemudian memutuskan bahwa semua orang Jepang dapat memelihara jenis Akita.

Peningkatan Popularitas Global

Akita Inu dikenal karena loyalitasnya yang kuat kepada pemiliknya. Akita yang paling setia bisa jadi adalah Hachiko yang terkenal, lahir pada tahun 1923. Hachiko dimiliki oleh Profesor Hidesaburo Ueno yang tinggal dekat Stasiun Shibuya. Pada tahun 1925, Ueno mengalami pendarahan otak di tempat kerja dan meninggal dunia. Meskipun tuannya telah meninggal, Hachiko tetap sabar menunggu selama 9 tahun di Stasiun Shibuya. Sesaat sebelum kematian Hachiko sendiri, ia pun diabadikan di Stasiun Shibuya pada April 1934. Pengaruh lain terhadap peningkatan ketenaran Akita datang dari Helen Keller dan Vladimir Putin. Helen Keller meningkatkan kepopulerannya setelah berpartisipasi dalam acara pemberian ceramah di seluruh Pasifik dan membawa pulang Akita Inu ke Amerika. Sementara Putin meningkatkan ketenaran Akita setelah menerima seekor Akita usai pemberian donasi Rusia untuk Upaya Pemulihan Tsunami dan Gempa Bumi 2011.

Akita Inu dan Prefektur Akita

Prefektur Akita memiliki fasilitas turis dan festival yang semuanya diciptakan untuk Akita Inu tercinta.

Museum Akita Inu
Museum Akita Inu

Kunjungi Museum Akita Inu dengan jenis anjing Jepang paling terkenal di Odate, Prefektur Akita. Museum ini dibangun oleh Akita Inuhozonkai (dari Masyarakat Pelestari Akita) pada peringatan 50 tahun berdirinya. Ini adalah satu-satunya museum di Jepang yang berbasis di sekitar jenis anjing Jepang. Di museum ini, Anda dapat belajar lebih banyak tentang sejarah Akita Inu dan kisah Hachiko karena museum ini terletak di kota asalnya, Hodate. Tentu saja Anda tidak dapat menyebutkan museum ini tanpa menyebutkan luar bangunannya, karena disana ada Akita Inu sungguhan yang dapat Anda lihat dan sayangi!

Di Odate juga ada Kuil Roken yang dibangun untuk menenangkan roh Akita legendaris yang disebut Shiro, yang gagal menyelamatkan tuannya, Sadaroku, dari seorang penguasa tetangga yang menangkapnya.

Festival Inukko di malam hari
Festival Inukko di malam hari

Di Yuzawa, Akita, Festival Innuko memiliki patung es yang dipahat seperti seekor Akita dan dipajang ke sekeliling kota. Jimat yang disebut innuko ditempatkan di dalamnya. Tali-tali di sekitar leher patung memiliki simbol Sintoisme yang masing-masing dianggap suci. Banyak pengunjung membawa peliharaan mereka (dan tentu saja banyak di antaranya adalah Akita)!

Festival Amekko-ichi di Odate memiliki sejarah 400 tahun dan merupakan acara musim dingin terbesar di wilayah Akita dan utara Jepang. Festival ini memiliki stan permen yang dikatakan dapat menangkal penyakit. Festival ini lucunya dilaksanakan di jalan Hachiko. Di festival ini, ada juga parade Akita Inu yang dipimpin oleh Akita Inuhozonkai, dari masyarakat yang sama yang membantu membuat Akita Inu menjadi monumen nasional pada tahun 1931.

Kapanpun Anda berkunjung, entah pada musim semi, panas, dingin, atau gugur, Prefektur Akita akan membuat Anda senang dengan jenis anjingnya yang unik dan sejarahnya yang mengagumkan!

Santy Tobing

Santy Tobing @santy.tobing

no one realizes how beautiful it is to travel until he comes home and rests his head on his old, familiar pillow.