Apa yang Anda harapkan dari sebuah area pelabuhan? Perahu-perahu tertambat di dermaga, tidak bergerak tapi terombang-ambing oleh ombak? Orang-orang sibuk dengan aktivitas khas perairan? Angin laut berembus kencang, memberikan semilir kesegaran di tiap penjuru ruang terbuka? Ya, semua itu bisa ditemukan di Nagoyako. Hanya saja, area pelabuhan kota Nagoya ini ternyata menyimpan lebih banyak keajaiban—terutama menjelang sunset.
Saya berjalan menjauh dari Stasiun Nagoyako dengan bayangan akan menjumpai pelabuhan yang seperti pada umumnya. Cantik, saya yakin, tapi pasti biasa saja. Ketika saya berjalan menelusuri beberapa toko yang menjadi area masuk pelabuhan, lalu berbelok hingga akhirnya jalan kecil itu membuka ke sebuah area luar ruang yang bersinggungan langsung dengan perairan, saya tahu ternyata saya salah. Nagoyako lebih dari sekadar pelabuhan biasa.
Tempat itu seperti sebuah pusat hiburan tersendiri bagi penduduk setempat. Ramainya menyamai pusat-pusat perbelanjaan, dengan para keluarga, segerombolan teman, pasangan-pasangan memenuhi tiap sudut taman, mengerubungi para musisi jalanan, atau sekadar duduk-duduk di atas rumput berlatarkan kincir ria. Setelah puas menikmati suasana ini, saya pun berjalan lebih jauh ke selatan, melewati jembatan yang membelah dua sisi pelabuhan, dan memutuskan untuk duduk-duduk di taman pinggir pelabuhan yang menghadap langsung ke perairan. Lama berselang, matahari pun tergelincir, melukis langit yang tadinya berwarna ungu pastel menjadi jingga membara, dan perairan seketika menggelap. Orang-orang yang tadinya hanya duduk-duduk di taman langsung bergerak menuju perbatasan perairan, menikmati sisa-sisa cahaya di langit sambil membiarkan diri mereka dibuai angin laut dan suara deburan ombak. Lampu-lampu di sekitar area pelabuhan pun menyala, memberikan sentuhan terakhir dari lukisan cantik sebuah area pelabuhan bernama Nagoyako. Saya sangat beruntung karena datang dan bisa menyaksikan ini semua di saat yang tepat!
Cara ke sana
Dari Stasiun Nagoyako, area Pelabuhan Nagoyako hanya berjarak sekitar 200m berjalan kaki.
Vicky Amin @vicky.amin632
A traveler, budding travel writer, and amateur author. Writing is my way to redo my amazing journey all over again. I started "Cheating the World" project and with it, I've made two of my annual trips in a form of a book: "Cheating Southern Vietnam", and "Cheating Hong Kong & Macau" (still in Ba...